Judul Buku : Guru Besar
Bicara : Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam
Penulis : Prof. Drs.
H. Ahmad Ludjito, dkk.
Editor : Muntholi’ah,
Abdul Rohman, M. Rikza Chamami
Penerbit : RaSAIL Media
Group Semarang
Tahun terbit : 2010
Tebal Buku : xx + 356 halaman
Resensator : Wardah Ainur
Rizqi
Pendidikan Islam merupakan nama salah satu ilmu keislaman di bidang
pendidikan, atau ilmu pendidikan di bidang agama Islam, yang menjadi salah satu
kurikulum di Fakultas Tarbiyah (pendidikan Islam. Pendidkian agama islam juga
merupakan salah satu bidang studi di semua jenis dan pendidikan sekolah
(kecuali perguruan tinggi) di Indonaesia. Sekarang ini, pendidikan agama di
Indonesia baik secara legal, maupun konstitusional maupun filosofikal telah
mapan, tentu cukup member harapan yang besar bagi kita akan partisipasinya yang
aktif dalam pembentukan pribadi bangsa. Titik tolak keberagamaan manusia adalah
meyakini dan mempercayai sepenuhnya tentang kebenaran agama yang dipilihnya,
dengan Ketuhanan sebagai intinya. Dalam tujuan pendidikan nasional, keimanan
dan ketaqwaan juga dijadikan cirri utama kualitas manusia Indonesia yang akan
dicapai oleh pendidikan, disamping ciri-ciri kualitas yang lain.
Dijelaskan dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Keluarga
dan masyarakat merupakan kesatuan integral yang secara proporsional mempunyai
tanggung jawab bersama dalam pendidikan, termasuk dan khususnya, pendidikan
agama. Peran serta yang terpadu tersebut bisa maksimal dengan memanfaatkan
semua potensi yang ada. Seperti kebanyakan contoh yaitu guru agama yang
memberikan tugas kepada siswa-siswinya dalam pelajaran agama. Menurut Imam
Al-Ghazali, guru bagaikan mataharii yang terang dan menerangi jagad raya tanpa
henti-hentinya dan tanpa pilih kasih. Guru juga ibarat bunga mawar yang harum
semerbak dan menyebarkan harumnya pada orang lain.
Dewasa ini peradaban dunia yang berada di bawah cengkraman hegemoni
AS belum menunjukkan tanda-tanda yang beradab. Ditengah gelap gulitanya
peradaban dunia saat ini, dimana ciri-ciri jahiliyah itu tidak hanya menimpa
negara adikuasa, tapi sudah turut mewarnai kebudayaan negeri ini. Yang menarik
dari perkembangan disiplin ilmu-ilmu agama ini adalah ternyata bahwa disiplin
ini justru membangkitkan ilmu-ilmu lain seperti sejarah dan sebagainya. Dan
Seluruh ilmu-ilmu dalam Islam itu semakin hari semakin berkembang. Sebenarnya
Islam pada dasarnya merekomendasikan persaudaraan kemanusiaan tanpa pandang
bulu ras, kulut, agama, nasionalitas.
Adanya transformasi pendidikan Islam di Indonesia dari waktu ke
waktu adalah sebagai produk interaksi misi Islam. Dimana sekolah menitik
beratkan pada pendidikan umum, sedangkan pendidikan agama hanya sebagai bagian
kecil dari kurikulumnya. Maka dari itu, Departemen Agama akan berupaya
untuk terus mengejar ketertinggalan
madrasah dari pendidikan umum dalam peningkatan mutu madrasah. Misalnya dengan
pengadaan dan peningkatan kualitas guru yang relevan dengan bidang studi,
peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan
lainnya.
Pada masa Nabi SAW, pengajar umat pada masa itu tak lain adalah
Nabi SAW sendiri, yamg menerima ilmu dari Sang Maha Guru (Allah SWT), melalui
wahyu yang turun disaksikan oleh para murid.
Nabi SAW sendiri menamakan zaman
itu khar al-qurun (kurun terbaik); ‘sebaik baik masa adalah masa dimana
orang bisa hidup bersamaku, generasiku’ itu dalam upaya mereguk ajaran
berkualitas, yakni al-Qur’an dan hadits. Respons muhadditsun bagi
kehidupan umat, berupa mengkawal otentitas hadits, baik dalam statusnya sebagai
sumber ajaran yang mesti dilestarikan maupun dari wacana yang dapat membuat
umat meragukan otentitas hadits sehingga membuatnya surut dalam beramal.
Dalam buku yang ditulis oleh para guru besar IAIN Walisongo
Semarang ini, diungkapkan bahwa dalam pendidikan, termasuk pendidikan agama,
banyak jenis sikap positif yang perlu dikembangkan oleh guru, diantaranya
adalah sikap terhadap pelajaran, sikap terhadap belajar, sikap terhadap diri,
sikap terhadap mereka yang berbeda dari siswa, atau yang harus diminimalisir
karena berupa sikap negative, yaitu prasangka (prejudice) terhadap
kelompok (agama) lain, yang merupakan ujung lain dari toleransi.
Buku
ini sangatlah menarik untuk dibaca. Menurut saya, buku ini hendaknya menjadi
buku bacaan wajib setiap mahasiswa, para guru maupun dosen dan bahkan praktisi
pendidikan yang mendalami tentang Pendidikan Agama Islam. Buku ini juga dapat
membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang keislaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar