DESKRIPSI MENGENAI
KERAJAAN MATARAM ISLAM
Guru Pengampu : Ibu
Ashar Rahmawati, S.Pd
Kelas : XI IPA
Di susun Oleh :
1.
Siti
Darojatur R (45)
2.
Siti
Lalilatur R (46)
3.
Siti
Nur Jannah (47)
4.
Wardah
Ainur Rizqi (48)
MADRASAH ALIYAH NU BANAT KUDUS
JL. KHM. Arwani Amin Krandon Kudus
' (0291) 443143
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KERAJAAN MATARAM
ISLAM
Pada awal perkembangannya Kerajaan
Mataram adalah daerah Kadipaten yang dikuasi oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah
tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu Raja Pajang
kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di
Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan pajang. Ki Gede Pamanahan
memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada Raja Pajang sebagai
Komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575,
maka Sutawijaya menggantikannya sebagai Adipati di Kota Gede tersebut. Setelah
pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara
antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang
merupakan keturunan dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut,
maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah
yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan
Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena ketidak mampuannya
maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada Sutawijaya.
Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah
Kerajaan Mataram.
1.
LETAK GEOGRAFIS KERAJAAN MATARAM
Terletak di Jawa Tengah bagian Selatan
dengan pusatnya di Kota Gede yaitu di sekitar Kota Yogyakarta sekarang.
2.
SUMBER
SEJARAH
Sumber
sejarah mengenai berdiri dan berkembangnya Kerajaan Mataram Islam dapat dilihat
dari hal-hal berikut :
1. Keraton
Yogyakarta dan Surakarta.
2. Pura
Mangkunegara dan Pura Pakualam.
3. Serat
Wulangreh karya Ranggawarsita.
4. Serat
Centhini karya Mangkunegara IV.
5. Kitab
Sastra Gendingyang merupakan filsafat karangan Sultan Agung.
6. Kitab
Nitisruti, Nitisastra dan Astrabata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada Kitab Ramayana.
3.
KEHIDUPAN
POLITIK
Adapun Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Mataram Islam antara lain sebagai berikut :
1.
Sutawijaya
/ Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin
Panotogomo
(
1586-1601 M)
Sutawijaya adalah
keturunan dari Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah sebidang tanah dari Raja
Pajang yaitu Hadiwijaya karena atas jasanya. Sutawijaya menjabat sebagai raja pertama di Mataram dengan gelar Panembahan Senopati.
Pada masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan. Para Bupati yang semula
tunduk pada Mataram, seperti Demak dan Pajang, memberontak ingin lepas dan
menjadi kerajaan merdeka. Pusat perlawanan terhadap Mataram adalah Demak,
Jepara, Kudus, Pajang, Gresik, dan Surabaya yang menghimpun kekuatan dari
Kediri, Madiun, dan Ponorogo. Akan tetapi, Senopati terus berusaha menundukkan
bupati-bupati yang menentangnya. Pada akhir masa pemerintahnnya (1601 M), Mataram
telah berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jawa Barat)
sampai Pasuruan di Jawa Timur.
2. Mas Jolang / Panembahan Sedo
Krapyak (1601-1613 M)
Sepeninggal
Panembahan Senopati, penggantinya adalah putranya, Mas Jolang. Pada masa pemerintahannya,
benturan antara daerah pesisir dan Mataram terus berlangsung. Bahkan, makin
banyak bupati pesisir yang memberontak terhadap Mataram. Masa pemerintahan Mas
Jolang diwarnai dengan peperangan yang melelahkan terhadap para pemberontak
sehingga tidak mampu memperluas wilayahnya dan akhirnya ia wafat di daerah
Krapyak. Oleh karena itu, ia diberi gelar Panembahan Seda Krapyak.
3. Mas Rangsang / Sultan Agung
Hanyokkrokusumo (1613-1645 M)
Pengganti
Mas Jolang adalah putranya Mas Rangsang. Setelah naik tahta, ia bergelar
Panembahan Agung Senopati atau lebih dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa
pemerintahnnya, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Sultan Agung berusaha
menyatukan Pulau Jawa. Mulai tahun 1615 M, Sultan Agung mulai menggempur
pertahanan para bupati daerah pesisir. Satu demi satu daerah, seperti Semarang,
Jepara, Demak, Lasem, Tuban dan Madura dapat ditundukkan Mataram. Daerah
pedalaman, seperti Madiun, Ponorogo, Blora dan Bojonegoro pun tunduk kepada
Mataram. Perlawanan itu telah memakan waktu 9 tahun, tetapi Surabaya belum
berhasil ditundukkan. Kemudian Mataram mengirimkan prajurit sebanyak 80.000
orang ke Surabaya dan akhirnya pada tahun 1625 M Surabaya takluk kepada
Mataram. Setelah Surabaya jatuh, Sultan Agung menjadi Raja seluruh Jawa,
kecuali Banten dan Batavia. Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari Belanda
pada tahun 1628 dan 1629. Namun, usaha Sultan Agung mengalami kegagalan.
4. Amangkurat I / Pangeran Tegal Arum
(1645-1677)
5. Amangkurat II / Adipati Anom
(1679-1704)
6. Amangkurat III / Sunan Mas (1704)
7. Paku Buwono I / Pangeran Puger
(1719)
8. Amangkurat IV / Sunan Prabu
(1719-1727)
9. Paku Buwono II
10. Paku Buwono III
Mataram Surakarta
Perjanjian Giyanti, 13
Pebruari 1755
Hamengkubuwono
I
(Mataram
Yogyakarta), Kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 wilayah :
1.
Daerah Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat
dengan Mangkubumi sebagai rajanya bergelar Sultan Hamengkubuwono.
2.
Daerahan Kesuhunan Surakarta dipimpin
oleh Susuhunan Pakubuwono.
11. Paku
Buwono III
Perjanjian Salatiga,
1757 (Mas Sa’id, Pangeran Samber Mangkunegoro I Nyowo).
(Mangkunegaran),
Kerajaan Mataram dibagi menjadi 4 Kerajaan Kecil :
1.
Kerajaan Yogyakarta.
2.
Kerajaan Pakualaman.
3.
Kerajaan Surakarta.
4.
Kerajaan Mangkunegara.
4.
KEHIDUPAN
EKONOMI
Letak Kerajaan Mataram dipedalaman,
maka Mataram berkembang sebagai Kerajaan Agraris yang menekankan dan
mengandalkan Bidang Pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap
diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah
pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang
luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya
adalah beras, disamping kayu, gula, kapas, kelapa dan Palawija. Sedangkan
dalanm bidang perdaganagan, Beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi
barang Ekspor karena pada abad 17 Mataram menjadi pengekspor Beras paling besar
pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat
karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar.
5.
KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA
Sebagai kerajaan yang bersifat
Agraris, masyarakat Mataram disusun berdasarkan sistem Veodal dengan sistem
tersebut maka Raja adalah pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk mrlaksanaksn
pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang
mendapatkan upah atau gaji berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah
lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa (bekel) dan yang menggarapnya atau
mengerjakannya adalah rakyat atau petani penggarap dengan membayar pajak/sewa
tanah. Dengan adanya sistem Veodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan
tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap tanah-tanah yang dikuasinya. Sultan
memiliki kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai Panatagama yaitu pengatur
kehidupan keagamaan. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias
dan patung serta seni sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi
para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat
ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten)
diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.
Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam
adalah penggunaan kalender Jawa, adanya Kitab Filsafat Sastra Gending dan Kitab
Undang-Undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil
karya dari Sultan Agung sendiri. Di samping itu juga adanya upacara Grebek pada
hari-hari besar Islam yang ditandai berupa Kenduri Gunugan yamng dibuat dari
berbagai makanan maupun hasil bumi. Upacara grebek tersebut merupakan tradisi
sejak zaman Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek moyang.